Pada sesi test ride Yamaha Xabre di Sentul kecil beberapa waktu lalu, KBY sungguh penasaran akan handling dan performa yang sebenarnya si Xabre 150 ini jika digunakan sebagai kendaraan harian. Bukan apa apa, saat di sirkuit KBY merasa handlingnya merasa kaku sementara performanya biasa saja.. Kalau trek harian jalan raya gimana ya?
YAMAHA XABRE UNTUK HARIAN
Gayung ternyata bersambut, pada hari Rabu 24 Februari 2016 lalu, Mbak Sinta dari YIMM menginformasikan bahwa Yamaha Xabre 150 sudah siap di tes dan dapat diambil di markas YIMM daerah cakung.. KBY yang lagi nangkring nungguin New PCX Sniego sedang servis di Jakarta Honda Center jelas senang.. Wah ini, ini dia pas momennya!
Singkat cerita, sang Xabre jadi diangkut, berangkat dari markas Yamaha untuk kembali menuju kantor. Kesempatan! Saatnya mengetahui (kembali) karakter si Yamaha Xabre 150 ini lads.. treknya pas, meskipun banyak jalan lurus, tapi padatnya kendaraan bisa menjadi acuan untuk mengetahui kelincahan serta handling si Xabre ini..
HANDLING dan PERFORMANYA OKE KOK!!
Sedjatinya, masih teringat di ingatan KBY, karakter Yamaha Xabre ketika di Sentul yang ngeyel di tikungan, rasa aringgis (was-was -red) pun sempat menghantui.. Sama gak karakternya di jalan raya? Ternyata si Xabre ini membuat KBY terkejut!! Semuanya seakan berbalik 180°!! Gak juga sih hehe, handling di tikungan tetap mirip tapi jauh dari karakter kaku, turunkan kaki sedikit, Xabre menurut saja untuk berbelok.
Setang Yamaha Xabre yang panjang dan baplang ternyata tidak terlalu menyulitkan dibawa meliak liuk melintasi kendaraan yang berada di jalan, tentu dengan perhitungan matang karena harus diingat, setangnya Xabre ini panjang lads, mirip milik motocross. Begitu juga dikemacetan, asal tahu spacenya cukup, nyempil selap selip diantara kendaraan lain juga cukup mudah.
Sosoknya yang cukup tinggi pun ternyata bukan menjadi beban, pokoknya selama kita menggunakan alas kaki yang memadai, tinggi seat height Yamaha Xabre 150 yang lebih dari 800 mm bukan masalah kok. Apalagi bodinya dapat dikatakan ringan, jadi kalaupun kaki jinjit tidak akan sampai bikin susah rider.
Mencoba karakter suspensi upside down Yamaha Xabre pun bisa lebih leluasa dirasakan, dan meskipun diset agak stiff/ firm, namun semuanya menurut KBY masih dalam batas wajar. Di jalan tidak rata, suspensi depannya terasa mantap, apalagi di jalan mulus.
Justru yang terasa berbeda itu tenaganya alias performa sang Yamaha Xabre ini lads. Meskipun hentakan awal tidak terasa sebesar New CB150R Street Fire atau Vixion, namun dibandingkan dengan saat sesi test ride di Sentul, sang Xabre ini terasa lebih galak! Torsinya terasa mendorong ketika melewati RPM 6000, dan bagi KBY hal tersebut lebih dari cukup.
Somehow dalam beberapa hal, performa Yamaha Xabre ini justru lebih baik dari New Vixion, tapi entah ya kalau keduanya sama sama dari baru sih. Meskipun redlinenya Xabre ini pendek namun tidak ada gejala/bunyi brebet, hanya tenaganya langsung tertahan.
Bicara spesifikasi mesin, sebenarnya Yamaha Xabre malah yang paling “cupu” diantara saudaranya.. Tenaga kalah 0.2 kw dari Yamaha Vixion dan R15, torsi juga kalah 0.2 Nm. Pun begitu Xabre jauh dari kata lemot, yang KBY rasakan mesin dan transmisinya merespon dengan cukup cekatan. Meski kalah spek dari dua saudara lainnya, tapi paling tidak masih di atas Byson.
SEKTOR KENYAMANAN
Nah bicara sektor ini mungkin agak sedikit subyektif karena akan balik lagi ke karakter si ridernya sendiri. Menurut KBY jika bicara ayunan suspensi sih sudah pas, namun bicara ergonomi Yamaha Xabre, jujur saja masih kurang nyaman.
Jika kita bawanya santai, Yamaha Xabre akan cukup nyaman untuk jarak jauh, namun ketika diajak agresif maka rasa fatigue alias lelah akan lebih cepat menghampiri terutama tangan kanan yang harus memainkan gas, menahan setang dan menarik rem sekaligus. Tangan kiri justru lebih rileks, tuas koplingnya ringan dan empuk.
Jok Yamaha Xabre yang cenderung landai, alasnya terasa licin, kurang baik memegang (maaf) bokong. Akibatnya kita sering kali harus mengoreksi posisi duduk karena lama lama turun dan maju ke depan, membuat masa depan mentok tangki Joknya tidak terlalu empuk tapi pas, sayang dimensinya kurang besar/panjang. Rider kecil/ kurus tidak akan masalah, tapi rider big size bisa merasa seperti terjepit lads..
Bagaimana ketika berboncengan? Nyonya bilang sih ketinggian, namun joknya cukup empuk, entahlah kalau jaraknya lebih dari 5 km. Untuk jarak dekat, KBY pribadi tidak ada komplain dalam berboncengan. Yang jelas sih dengan boncenger kita merasa begitu intim di atas Yamaha Xabre
Ada beberapa kali KBY kesulitan menetralkan gigi si Xabre, hal ini membuat rider kurang nyaman, apalagi kalau mesinnya sudah panas, mungkin dengan penggunaan pelumas yang lebih baik, gejala ini bisa teratasi.
INTINYA ADAPTASI
Bicara kesulitan atau ergonomi Yamaha Xabre yang mungkin aneh di awal, intinya rider hanya butuh penyesuaian. Karena begitu KBY menghabiskan beberapa hari bersama si Xabre, semuanya lebih terasa mudah dan normal saja.
Kemudian kembali ke fitrahnya, meskipun Yamaha Xabre memiliki performa yang lebih dari memadai, namun jenisnya bukan untuk kebut-kebutan, dengan desain seperti itu tentu Xabre memiliki keterbatasan.
baca juga: Kelebihan dan Kekurangan Yamaha Xabre
THE VERDICT
Bicara desain, si good looking ini bisa dikatakan menjadi jaminan perhatian, bukan kata KBY saja tapi ternyata mang Emon (Eno Anderson) membuktikannya sendiri ketika riding bareng. Para bikers lain di kemacetan tak henti henti melihat sosok Xabre. KBY mah gak ngeh kan yg liatin di belakang hehehe.. Artinya secara desain sudah oke banget!!
Bodinya memang banyak dicover oleh plastik, namun kualitasnya baik, begitu juga dengan kualitas cat serta perakitannya, fitur seperti banana swing arm, suspensi upside down, lampu depan dan belakang LED serta speedometer negative display menambah daya tariknya. Bicara harga Yamaha Xabre yang KBY anggap masih bisa lebih murah dari Rp. 29,8 juta, ternyata banyak yang gak terima padahal mah mau beli ya beli aja
Sumber: Kobayogas.com
Sumber: Kobayogas.com
No comments:
Post a Comment